Dorong Ekowisata Mahasiswa FIS Dehasen Geruduk “Rindu Hati”

Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Dehasen Bengkulu melepas para mahasiswa dan dosen melaksanakan kemah bhakti di Desa Rindu Hati Bengkulu Tengah (foto: ist)

Bengkulu: Sebanyak 130 orang Mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Dehasen Bengkulu bersama para dosen mendatangi Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah pada Sabtu 24 November 2018. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong perkembangan sektor pariwisata berwawasan lingkungan atau ekowisata di wilayah yang memang memiliki banyak potensi yang belum terekspose secara luas.

Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial Unived Dra Asnawati M.Kom saat melepas para mahasiswa dan dosen di Kampus Unived Sawah Lebar mengatakan, fungsi perguruan tinggi selain menjadi lembaga pendidikan dan penelitian adalah pengabdian masyarakat. Fungsi ini yang akan dijalankan oleh para mahasiswa dan dosen selama dua hari di Desa Randu Hati.

“Gali semua potensi yang ada, ajak masyarakat untuk sadar wisata dan ayo kita majukan ekowisata Rindu Hati,” tegas Asnawati.

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh civitas akademika Unived dalam konsep perkemahan tersebut diantaranya menlakukan eksplorasi potensi alam dan wisata, peyuluhan terhadap penyadaran masyarakat tentang kawasan wisata dan pemanfaatan Sosial Media untuk ekspos potensi.

“Kita juga akan buatkan taman wisata disana, Pemda setempat ikut terlibat,” jelas Dekan.

Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Dikutip dari konsep Ekowisata menurut Chafid Fandeli, disebutkan bahwa Indonesia sebagai negara egabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas yang lalu.

Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang
merupakan awal dari perjalanan ekowisata.

Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993). Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal.

Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab. Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi.

Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesar-besarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah. Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to provide employment opportunities, to increase standard of leaving
and, in the case of international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995:57).

Pengamat Komunikasi Multimedia Unived, Yuliardi HP menyebut, harus ada sinergitas antara stake holders dalam mendorong perkembangan Ekowisata di Desa Rindu Hati. Pemerintah Daerah, masyarakat, perguruan tinggi, lembaga peduli lingkungan (eviromental NGO) dan pebisnis sektor pariwisata.

“Ekowitasa ini merupakan pemantik saja. Akan ada efek domino khususnya peningkatan ekonomi warga setempat,” ujarnya.

Pemanfaatan sosial media tentu saja akan mempercepat proses pengenalan dan edukasi kepada semua pihak. Masyarakat harus memiliki kekuatan promosi di era digital saat ini. Semua media sosial harus diberdayakan, efeknya tentu saja jangka panjang, dan masyarakat harus siap.

Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung, memang sangat strategis, wilayah yang tidak terlalu jauh dari Kota Bengkulu ini memiliki potensi air terjun, taman alam dan kebun kopi masyarakat yang memiliki nilai jual tinggi. Berada di jajaran Bukit Barisan dan sebagian alam yang masih belum terjamah modernisasi, Ekowisata Rindu Hati
dipastikan akan segera menjadi tujuan wisata andalan Bengkulu Tengah. (dy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.